Kau menderita dan bersikap seolah tak ada yang bisa mengerti dirimu dan kau mengatakan seolah dirimulah yang paling menderita di dunia ini. Kelelahan dan tangis meliputi harimu. Kau hanya terdiam berpangku tangan dan mengatakan "Lihatlah! Hanya aku sendiri". Ketika seseorang bertanya padamu, kemudian kau mengarahkan pandangan yang dingin padanya, itu adalah refleksi yang tak termaafkan. Karena pada hakikatnya, kau yang menempatkan dirimu sendiri dalam kesendirian, dalam kesepian, dan dalam kegelapan yang kau ciptakan sendiri. Apakah pantas kau menyalahkan yang lain? Apakah kau senang hidup dalam kecurangan, hanya untuk mendapat sebuah simpati? Atau apakah kau hanya takut terluka?
Semua orang ada di sekelilingmu. Apakah kau masih mempertanyakannya, mempertanyakan dimana mereka? Aku sudah banyak melihat orang sepertimu menderita dan membusuk. Aku tahu sedihnya kehilangan dan betapa sakitnya penderitaan sampai terasa muak. Tapi, kesendirian dan menolak berbagai macam uluran tangan hanya akan menambah sembab yang tiada berkesudahan di matamu.
Letakkanlah tanganmu di atas tangan temanmu. Lihatlah suatu hari nanti senyum lebar itu akan menghampirimu.
Siapakah yang akan kau panggil sekarang?
Mengapa?
Jangan bertanya rahasia malam. Tak guna menyingkap tabir mimpi. Sinar malam tak akan membuka apa yang tetap menjadi rahasia. Barangkali nanti ada juga manusia mengucap nama kita dengan air mata rindu gemas ingin kita kembali dari seberang sana... Langkahilah kebenaran dan ulurkan tanganmu ke masa depan yang tak terbatas...
Senin, 19 Juli 2010
Senin, 12 Juli 2010
Senyum dan Berusaha…
Aku tak pernah tahu malam seperti ini bisa begitu sepi. Hanya ditemani cuaca yang tak lagi bersahabat. Langit yang tak pernah menghadirkan keindahan cahaya malam. Aku masih mencari sesuatu. Sesuatu yang membuat hatiku terasa lega dan bahagia. Entahlah.
Aku sangat tahu apa keinginanku. Tapi belum bisa mewujudkannya. Bagaimana bisa aku hanya berdiam diri saja seperti ini? Aku sering berpikir bahwa aku sedikit terlambat untuk mewujudkannya. Aku lelah menjadi tong sampah setiap amarah. Lelah menjadi rendah. Apakah aku harus mencapai ketinggian itu, agar semua melihatku? Apakah cuma ada materi di mata mereka?
Aku sedih. Aku sedih melihat diriku tak mempunyai daya apapun. Aku sedih melihat diriku tak mempunyai apapun. Aku sedih melihat diriku yang menyedihkan.
Aku ingin pulang ke tempat itu, dimana semuanya baik-baik saja. Tak peduli buruknya tempat itu, aku ingin pulang ke rumah itu. Tapi aku tak mempunyai keberanian datang ke sana. Aku hanya takut aku akan menangis. Aku benci diriku yang menangis tapi tak bisa berbuat apapun.
Aku suka tempat itu, tempat dimana aku mempunyai semua kenangan tentang ayahku, tempat yang membuatku tak merasa sakit kepala saat memikirkan apapun, tempat dimana aku bermain dengan teman-temanku. Aku rindu tempat itu. Aku rindu semua yang ada di tempat itu. Bisakah aku kembali ke masa-masa dimana aku merasa tidak ada apapununtuk dikhawatirkan? Kurasa itu artinya menjadi anak kecil kembali. Aneh sekali bukan? Ketika kecil, kita sering ingin cepat menjadi dewasa agar bisa membuat keputusan sendiri. Tapi ketika dewasa, seringkali kita ingin kembali menjadi anak kecil yang masih murni, polos, tak pernah memusingkan apapun.
Tapi, aku harus berani menghadapi hidupku sekarang. Aku tak bisa tinggal terus dimasa laluku. Aku harus menghadapi banyak orang dengan berbagai macam karakter yang ada pada diri mereka. Jadi, here iam. Berusaha menikmati dan mensyukuri yang diberikan Allah SWT.
Semoga malam ini dan seterusnya, aku bisa terus tersenyum, untuk orang-orang yang sangat kusayangi. Aku tak bisa mengharapkan orang lain juga akan tersenyum padaku. Tapi setidaknya aku tidak membuat orang lain kesal karena bermuka masam. Jadi, aku harus tersenyum dari dalam hati, berusaha setulus mungkin dan berharap bisa menjadi orang yang lebih baik. Oh bukan. Bukan berharap. Tapi sebisa mungkin menjadi orang yang lebih baik lagi dan lebih baik lagi. Mungkin aku bisa mewujudkan keinginanku, cita-citaku.
Aku telah melihat bagaimana orang-orang lain mewujudkan impiannya. Tak pernah berputus asa tentang apa yang dicita-citakan. Merasa yakin sekali kalau impian mereka akan terwujud. Atau tak pernah berpikir akan terwujud, tapi mereka tekun mengerjakannya sehingga mereka sukses luar biasa. Aku ingin seperti mereka yang tekun, gigih, dan tak pernah putus asa atas apapun yang mereka kerjakan.
Kurasa aku terlalu banyak bicara, bukan? Baiklah, aku mulai bekerja sekarang….
Aku sangat tahu apa keinginanku. Tapi belum bisa mewujudkannya. Bagaimana bisa aku hanya berdiam diri saja seperti ini? Aku sering berpikir bahwa aku sedikit terlambat untuk mewujudkannya. Aku lelah menjadi tong sampah setiap amarah. Lelah menjadi rendah. Apakah aku harus mencapai ketinggian itu, agar semua melihatku? Apakah cuma ada materi di mata mereka?
Aku sedih. Aku sedih melihat diriku tak mempunyai daya apapun. Aku sedih melihat diriku tak mempunyai apapun. Aku sedih melihat diriku yang menyedihkan.
Aku ingin pulang ke tempat itu, dimana semuanya baik-baik saja. Tak peduli buruknya tempat itu, aku ingin pulang ke rumah itu. Tapi aku tak mempunyai keberanian datang ke sana. Aku hanya takut aku akan menangis. Aku benci diriku yang menangis tapi tak bisa berbuat apapun.
Aku suka tempat itu, tempat dimana aku mempunyai semua kenangan tentang ayahku, tempat yang membuatku tak merasa sakit kepala saat memikirkan apapun, tempat dimana aku bermain dengan teman-temanku. Aku rindu tempat itu. Aku rindu semua yang ada di tempat itu. Bisakah aku kembali ke masa-masa dimana aku merasa tidak ada apapununtuk dikhawatirkan? Kurasa itu artinya menjadi anak kecil kembali. Aneh sekali bukan? Ketika kecil, kita sering ingin cepat menjadi dewasa agar bisa membuat keputusan sendiri. Tapi ketika dewasa, seringkali kita ingin kembali menjadi anak kecil yang masih murni, polos, tak pernah memusingkan apapun.
Tapi, aku harus berani menghadapi hidupku sekarang. Aku tak bisa tinggal terus dimasa laluku. Aku harus menghadapi banyak orang dengan berbagai macam karakter yang ada pada diri mereka. Jadi, here iam. Berusaha menikmati dan mensyukuri yang diberikan Allah SWT.
Semoga malam ini dan seterusnya, aku bisa terus tersenyum, untuk orang-orang yang sangat kusayangi. Aku tak bisa mengharapkan orang lain juga akan tersenyum padaku. Tapi setidaknya aku tidak membuat orang lain kesal karena bermuka masam. Jadi, aku harus tersenyum dari dalam hati, berusaha setulus mungkin dan berharap bisa menjadi orang yang lebih baik. Oh bukan. Bukan berharap. Tapi sebisa mungkin menjadi orang yang lebih baik lagi dan lebih baik lagi. Mungkin aku bisa mewujudkan keinginanku, cita-citaku.
Aku telah melihat bagaimana orang-orang lain mewujudkan impiannya. Tak pernah berputus asa tentang apa yang dicita-citakan. Merasa yakin sekali kalau impian mereka akan terwujud. Atau tak pernah berpikir akan terwujud, tapi mereka tekun mengerjakannya sehingga mereka sukses luar biasa. Aku ingin seperti mereka yang tekun, gigih, dan tak pernah putus asa atas apapun yang mereka kerjakan.
Kurasa aku terlalu banyak bicara, bukan? Baiklah, aku mulai bekerja sekarang….
Kenangan masa kuliah (part 2)
Sekitar pertengahan 2006, aku mulai aktif di LDK kampus yang bernama RMNI (Remaja Masjid Nurul I’tishom). Pertama kali aku ditempatkan di departemen Syiam (Syiar Islam). Pertama-tama aku nggak ngerti departemen ini fokusnya dimana karena banyak sekali kegiatannya. Aku nggak terlalu inget apa saja kegiatannya. Tapi yang kuingat yang paling sukses adalah acara bedah buku yang waktu itu menghadirkan Reza M. Syarif seorang motivator yang juga lulusan kampusku (katanya sih gitu).
Sebenernya masih banyak kenangan selama aku aktif di RMNI. Aku menemukan teman-teman dan kakak-kakak yang baik. Setiap kali berkumpul dengan mereka, aku merasa…….apa yah?.....hmmm,,,,aku jadi tau tujuan hidup ini untuk apa. Aku juga banyak belajar tentang Islam yang sebelumnya aku hanya mendapatkan pelajaran Islam dari yang formal. Ternyata ikut Tarbiyah itu menyenangkan dan menambah ilmu yang nggak kita dapet ketika belajar formal di kelas.
Aku nggak menyangka Tarbiyah adalah hal yang paling aku rindukan mengingat sewaktu SMA, aku sering kabur dari mentoring atau keputrian di sekolah.
Bukan hanya tarbiyah,,,tapi juga temen-temen yang berkecimpung dalam dakwah. Aku merindukan semua itu. Dari semua hal dan teman-teman yang kurindukan,,,dakwah dan teman-teman seperjuangan dalam dakwah yang paling kurindukan dan ingin sekali selalu berkumpul dengan mereka. Aku rindu suasana dakwah. Aku rindu bagaimana kami berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Kalau bulan Ramadhan tiba, hal yang paling kutunggu adalah I’tikaf. Tentu saja aku melakukan I’tikaf untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Tapi ada plusnya….yaitu berkumpul bersama dengan teman-temanku.
Alangkah indahnya kebersamaan dalam Islam….dan aku merindukannya. Mungkin orang-orang akan menganggap remeh ukhuwah ini. Tapi aku yakin ketika mereka merasakannya, mereka akan berpendapat sama denganku. Karena dulu aku juga seperti itu. Tapi lihat sekarang….aku begitu merindukannya.
Sebenernya masih banyak kenangan selama aku aktif di RMNI. Aku menemukan teman-teman dan kakak-kakak yang baik. Setiap kali berkumpul dengan mereka, aku merasa…….apa yah?.....hmmm,,,,aku jadi tau tujuan hidup ini untuk apa. Aku juga banyak belajar tentang Islam yang sebelumnya aku hanya mendapatkan pelajaran Islam dari yang formal. Ternyata ikut Tarbiyah itu menyenangkan dan menambah ilmu yang nggak kita dapet ketika belajar formal di kelas.
Aku nggak menyangka Tarbiyah adalah hal yang paling aku rindukan mengingat sewaktu SMA, aku sering kabur dari mentoring atau keputrian di sekolah.
Bukan hanya tarbiyah,,,tapi juga temen-temen yang berkecimpung dalam dakwah. Aku merindukan semua itu. Dari semua hal dan teman-teman yang kurindukan,,,dakwah dan teman-teman seperjuangan dalam dakwah yang paling kurindukan dan ingin sekali selalu berkumpul dengan mereka. Aku rindu suasana dakwah. Aku rindu bagaimana kami berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Kalau bulan Ramadhan tiba, hal yang paling kutunggu adalah I’tikaf. Tentu saja aku melakukan I’tikaf untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Tapi ada plusnya….yaitu berkumpul bersama dengan teman-temanku.
Alangkah indahnya kebersamaan dalam Islam….dan aku merindukannya. Mungkin orang-orang akan menganggap remeh ukhuwah ini. Tapi aku yakin ketika mereka merasakannya, mereka akan berpendapat sama denganku. Karena dulu aku juga seperti itu. Tapi lihat sekarang….aku begitu merindukannya.
Kenangan masa kuliah (part 1)
Masih teringat sekali di benakku ketika pertama kali aku memasuki bangku perkuliahan. Semuanya menjadi baru lagi. Aku selalu nggak nyaman ketika pertama kali memasuki lingkungan baru. Aku selalu bertanya-tanya apakah aku bisa melewatinya, melewati masa-masa yang asing, dimana aku nggak mengenal satu orangpun di lingkungan itu. Sama seperti waktu SMA. Ketika pertama kali aku memasuki lingkungan SMA, aku nggak mengenal siapapun. Hanya masa SMP-lah yang nggak begitu asing bagiku.
Pertama kali aku mengenal teman adalah dengan Naomi dan temannya Yola (kenapa namanya persis sama dengan nama kakakku?) dan juga Hugo dan satu orang cowok lagi yang aku sudah lupa namanya. Kami bertemu selama PPMB dan membentuk kelompok untuk mengerjakan tugas membuat suatu karya dari kemasan minuman fruit tea. Karena kami berlima berdekatan tempat duduknya, maka jadilah kami sekelompok. Tapi pada akhirnya kami tidaknnggak mengerjakan tugas itu. Terlalu sulit dan rumah kami berjauhan. Alhasil, besoknya kami dimarahi sama…….(nggak tau siapa namanya, tapi kayaknya sih ketua senat). Ada sebagian besar kelompok yang diomelin sampe makan siangnya ditunda (kayaknya,,,,agak sedikit lupa).
Lalu, sepertinya teman selanjutnya yang aku kenal adalah Tati. Perjalanan pulang kami searah, tapi kami berpisah di perempatan mega. Aku ke Pulo Gadung dan Tati ke Tanjung Priok. Kemudian, ketika pertama kali kelas dimulai, aku berkenalan dengan Ratna. Selama beberapa hari aku terus bersama Ratna. Lalu, entah dari kapan aku mulai akrab dengan Mega, Tri, Dewi, Ayu, Pipit, Ida, dan yang lainnya.
Aku lupa entah pas akhir tahun 2004 atau 2005, kami mengalami perselisihan yang membuat kami terpecah. Sebenernya kalo diinget-inget lagi, itu cuma masalah sepele. Mungkin kami semua masih belum dewasa yang bisa mengesampingkan emosi. Setelah ulang tahunku, kami terpecah lagi. Nah kalo yang ini sih baru masalahnya rumit. Hmmm….tapi kami sekarang baik-baik saja dan melanjutkan pertemanan kami.
Langganan:
Postingan (Atom)