Jumat, 12 Juni 2009

Ketika Aku Sendiri

Hatiku masih terasa kacau, tak tau bagaimana membenahinya. aku telah kehilangan bakatku. ataukah aku yang telah meninggalkannya? entahlah. aku selalu merasa bosan. adakah seorang teman yang sudi menemaniku? mendengarkan semua keluh kesahku sampai habis? sepertinya aku tak pernah mendapatkan teman seperti itu. ketika aku mencobanya, mereka tak peduli.


apakah pernah kau merasa sangat ditinggalkan?
cobalah tanyakan padaku...
aku akan menjawab, sangat sering
apakah pernah pendapatmu tidak dihiraukan, bahkan tak diperhitungkan sama sekali, lalu kau bersedih?
cobalah tanyakan padaku...
aku akan menjawab, selalu
apakah pernah kau merasa sangat diremehkan, sehingga membuatmu menutup mulut dan menangis?
cobalah tanyakan padaku...
aku akan menjawabnya, itulah kehidupanku saat ini.


aku bukan seorang puitis yang bisa merangkai kata-kata menjadi sebuah keindahan. aku bukan seorang bijak yang dengan kata-katanya semua orang akan berdecak kagum atau terharu ketika mendengarnya. aku bukan seorang yang mempunyai kata-kata yang rumit bermakna konotasi.
tidak. aku bukan mereka, jelas. dan tak ingin berpura-pura menjadi mereka.
aku hanyalah diriku yang hanya dapat berkata tak menentu. hanya menjadi angin lalu yang berhembus untuk kemudian dilupakan. aku hanyalah sebuah nama di secarik kertas, di sudut, dan tercampakan.
aku sangat ingin sekali berteriak
"hei, aku ada di sini. kumohon jangan abaikan aku."


kulihat mereka seperti ingin menyingkirkanku, aku hanyalah pengganggu bagi mereka, sehingga aku belajar untuk menutup mulutku dan tersenyum. lalu aku pergi dan tinggalah aku sendiri.


aku meratapi perjalanan hatiku. memikirkan banyak hal yang sudah terjadi, berlalu seperti debu, terinjak dan terlupakan.
"P E D I H"
aku tak bisa menemukan kata lain untuk mengungkapkannya.
cukupkah hanya dengan mengatakan "hatiku sangat sakit"?
hati yang sakit sangat susah dicarikan obatnya. hanya bisa diberikan oleh orang lain,,,
yaitu rasa CINTA


tetapi kemudian aku teringat. aku hampir melupakannya.
ya, hanya Sang Khalik yang mau memberikan obat itu. kekasihku yang sangat Mulia, yang menemaniku di setiap desahan nafasku. ketika tak ada seorangpun di sampingku untuk mendengarkan keluhan dan tangisku, Tuhanku yang Maha Mendengar sangat setia mendengarkanku. dan akupun terobati..


biarkanlah orang-orang itu bersenang-senang dengan dunianya.
toh walaupun aku merasa menderita, aku masih merasa beruntung.
aku utuh
tak punya cacat
masih bernafas
aku masih punya ibu dan kedua kakakku
tetapi...dari semua itu,,,yang terpenting adalah
nikmat islam, iman dan takwa
dan juga aku masih punya...
Allah SWT...


Ya Rabb, temanilah aku dalam setiap kesusahanku
dampingilah aku dalam setiap kebahagiaanku