Minggu, 15 Mei 2011

"As A Man Thinketh" by James Allen (part 1)

    Aku ingin membahas tentang buku ini. Ini adalah buku motivasi yang paling bagus yang pernah aku baca. Buku ini tentang kekuatan pikiran, bagaimana kita mengolah pikiran kita. Pokoknya ini buku yang keren.
    Pertama kali baca buku ini, aku langsung menutupnya, tidak mau membacanya karena kalimat pertamanya. Lalu ketika kedua kalinya aku mencoba untuk membacanya, aku melewatkan bagian itu. Aku membaca terus, dan tebak…….buku ini sangat hebat!
    Ada beberapa bagian yang aku rasa―kok aku banget ya? Kok kayaknya sifat yang kayak gini mirip aku banget? Rasanya seperti tertampar keras. Banyak hal-hal yang tidak berguna yang aku lakukan selama ini.
    Aku tau bahwa pikiran positif dan negatif akan berpengaruh pada kehidupan kita, entah itu lahiriah atau batiniah. Tetapi James Allen menjelaskan dengan sangat mendetail tentang itu semua.
Berikut adalah beberapa kutipan dari buku “As A Man Thinketh”.

“Kita adalah tuan bagi pikiran kita, pembentuk karakter, dan pembuat serta pembentuk kondisi, lingkungan, dan nasib.”
“Karakter yang luhur dan mulia tidak tercipta begitu saja, namun merupakan hasil dari pergulatan yang terus menerus dan dari pikiran yang benar, akibat dari persekutuan dengan pikiran mulia.”
    Jadi, kita harus berusaha menanamkan pikiran-pikiran yang baik setiap saat. Memang tidak mudah. Di saat keadaan sedang kacau, sangat sulit untuk mengendalikan pikiran agar tetap tenang. Apalagi konsentrasiku sangat mudah pecah oleh hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Sangat sulit untuk mengendalikan pikiran dan membuang semua pikiran kotor dan tidak bermanfaat. Ini mungkin membutuhkan proses yang panjang, tapi kalau berusaha pasti bisa. 

“Dalam perjalanan kehidupan kita, tidak ada yang disebut elemen kebetulan.”
    Wah, pernyataan ini dalem banget nih. Memang menurutku juga seperti itu. Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Misalnya, dalam soal jodoh. Ketika kita mendapatkan jodoh yang baik, ini bukan berarti sebuah kebetulan atau keberuntungan. Di Al-Qur’an jelas disebutkan bahwa laki-laki yang baik akan mendapatkan perempuan yang baik pula, dan juga sebaliknya. Kalau kita mendapat jodoh yang tidak baik, mungkin kita harus bercermin, apakah diri kita sudah baik? Oke, aku bukan ahlinya dalam menjelaskan ini. Ini hanya pengertian yang kutangkap dari kutipan kalimat James Allen dalam bukunya. Mungkin kalian bisa menggunakan pengertian atau contoh lainnya.

“Jiwa menarik hal-hal yang diam-diam dilabuhinya, yang dicintainya, dan juga yang ditakutinya. Jiwa menggapai ketinggian aspirasi yang dipuja-pujanya, dan jatuh ke tingkat nafsunya yang terendah―dan keadaan adalah cara yang digunakan jiwa untuk menerima dirinya.”
    Aku masih tidak mengerti dengan pernyataan ini. Mungkin maksudnya seperti orang yang telah melakukan kesalahan dan ketika ia menyadarinya, ia tidak ingin mengubah keadaannya atau terlalu nyaman dengan keadaannya sekarang, sehingga ia tidak punya kemauan untuk mengubah keadaannya. Ia mungkin berpikir tidak apa-apa ia menjadi seperti itu karena kondisi atau keadaan tertentu.
    Ini adalah contoh dari James Allen yang mungkin akan membuat kita lebih mengerti lagi.
“Marilah kita lihat seorang laki-laki yang sangat miskin. Ia sangat ingin sekelilingnya dan kenyamanan rumahnya ditingkatkan, namun setiap waktu ia melalaikan pekerjaannya dan mnjustifikasi dirinya bahwa tidak mengapa menipu majikannya karena gajinya kurang. Orang seperti itu tidak paham dasar paling sederhana dari prinsip-prinsip yang merupakan basis bagi kemakmuran yang sesungguhnya. Orang seperti itu sama sekali tidak cocok untuk keluar dari kemelaratannya, bahkan ia menarik dirinya jauh lebih dalam ke lembah kemiskinan, dengan berpikiran negatif, penuh tipu daya, dan malas.”
    Ketika membaca ini, wah, ini benar-benar membuatku bercermin. Apakah kalian juga berpikir seperti itu ketika membaca ini? Itu jika kalian merupakan orang yang malas. Dan aku mengakui, aku agak sedikit pemalas dan berusaha untuk memperbaikinya.
    Jadi, apakah kita harus berhati-hati dengan jiwa kita sendiri? Tentunya kita harus menjaga jiwa agar tidak jatuh cinta dengan hal-hal yang tidak baik.
    Buku ini selalu mengingatkan kita bahwa untuk mencapai kebenaran atau kebahagiaan, kita akan selalu menghadapi rintangan. Tidak mudah, bahkan mungkin sangat berduri. Itu tergantung dari kita. Apakah kita mau sabar dan terus berusaha dengan sangat keras untuk mencapainya, ataukah kita akan berdiam diri dan menerima keadaan kita begitu saja tanpa ingin mengubahnya karena takut akan terluka ketika menginjak jalan yang berduri? Anda yang memutuskan!.

1 komentar: